Sabtu, 21 Januari 2012

sitty noerbaja (bag2)


SITTY
Sitty mengerti, ayah.

AYAH
Hutang emas dibayar emas. Hutang budi, tentulah dibawa mati.

SITTY
Benar ayah.

AYAH
Kemarin Datuk Maringgih datang ke sini. Tak lain untuk menagih hutang pinjaman dagang yang sudah jatuh tempo. Ayah meminta Datuk menambah jangka waktu yang diberikan. Tapi, dia menolak. Karena telah melewati batas waktu yang seharusnya. Sehingga bunganya sudah berlipat ganda. Rumah yang satu-satunya inipun hendak disitanya. Dan itupun belum juga akan menutupi hutang kita Sitty.

SITTY
Iya, ayah. Sitty paham, ayah.

AYAH
Panjang cerita segelas kopi, direntang masa setinggi bulan. Bersilat lidah di perbincangan, berkecamuk darah dalam dada.
Ah. Hutang kita seperti memotong rumput di tengah padang. Potong dipotong tumbuh jua. Bunganya menjulang menyentuh lutut. Tiap melangkah terjatuh pula menyentuh tanah.

SITTY
Sitty mengerti, ayah.
Jual gabah di tengah pekan, gabah dibawa dengan bendi.
Kalaulah susah sama kita pikirkan, nak lapang jua beban di hati.
Ayah, apa yang bisa Sitty perbuat untuk itu, Ayah.

AYAH
( KEMBALI MENARIK NAFAS, KEMUDIAN MENGGELENGKAN KEPALA )
Daunmu terlalu hijau. Berputik sudah, berbunga belum. Harumnya belumlah melintas pagar.

SITTY
Maksud ayah.... ?

AYAH
Sitty, hutang emas dibayar emas ? Hutang budi dibayar budi ? Tapi, lain dengan Datuk Maringgih. Seluruh hutang kita padanya, tidak berguna pepatah demikian. Datuk ingin mempersuntingmu. Maka, lepaslah hutang yang selilit pinggang.

SITTY
( TERKEJUT )
Dengan Sitty, ayah !? Datuk Maringgih !?

AYAH
Itulah jalan yang ia pintaskan agar terlepas dari segala hutang.

SITTY
Tidak, ... tidakkah ada jalan lain, ayah ?

AYAH
Kalaulah umur ayah masih panjang, dan tenaga berisi di badan. Tentu ayah tidak akan memberi tahu kamu, Sitty.

SITTY
Tapi, ... Sitty belum ...

AYAH
Sitty, Ayah paham kalau kamu belum punya timbangan yang kuat, Sitty. Timbangan yang bagus tidak berat sebelah. Berlebih semata ditentang dengan pikiran. Selepas kamu lulus sekolah nanti, Datuk Maringgih hendak menjatuhkan hari.

SITTY
( TERDIAM LAMA SEPERTI BERPIKIR )
Ayah, bolehkah Sitty mohon diri Ayah ?
Sudah berat kelopak mata. O, ayah istirahatlah dahulu.

SITTY KELUAR MENINGGALKAN AYAHNYA.
LAMPU MENYURUT.


BAGIAN III.

PENTAS KEMBALI MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN. PEDAGANG MENUNGGU ANAK-ANAK PULANG SEKOLAH.

DATUK MARINGGIH MASUK BERSAMA PENDEKAR LIMA—ASISTEN, JUBIR SEKALIGUS PENGAWALNYA.

DATUK
Sudah keluar anak sekolah itu ?

PEDAGANG
O, belum Tuan. Mungkin sebentar lagi. Coba lihat arlojinya ( MENARIK TANGAN DATUK, MELIHAT ARLOJI ). Baru pukul lima lewat sedikit. Lihat, baru sedikit lewatnya. Sekolah bubar pukul setengah enam. Ya, setengahnya saja. Sebentar lagi. Sabar, sabar. Silahkan duduk dulu. Santai dulu. Dan saya punya onde-onde, enak rasanya. Silahkan dicoba. Kalau tidak percaya lihat saja nanti. Seorang gadis cantik akan memborong onde-onde ini, Sitty  Noerbaja gadis....

DATUK
Sitty Noerbaja ?!

PEDAGANG
Tepat sekali. Gadis manis, semanis tebu, suka onde-onde. Dia bilang onde-onde lebih hebat dari makanan import manapun. Eh, apa Tuan menunggu Sitty Noerbaja ?

DATUK
Ya. Saya menjemputnya.

PEDAGANG
Berarti Tuan ini keluarganya Sitty, kakeknya barangkali ?

PENDEKAR LIMA
Heh ! Jangan asal bicara ya !

PEDAGANG
Bapaknya ?

PENDEKAR LIMA
Datuk ini bukan bapaknya.

PEDAGANG
Jadi, pamannya begitu ?

PENDEKAR LIMA
Huhh ! Tidak kata saya !
PEDAGANG
Kakek bukan, bapak tidak, paman juga salah. Tapi ke sini untuk menjemput Sitty. Nah, berarti Tuan ini sopir pribadinya nona Sitty.

PENDEKAR LIMA
Hei ! Mau kakek, kek. Mau bapak, kek. Mau paman, kek. Apa urusanmu ! Urus saja onde-ondemu itu.

PEDAGANG
O. Oke, oke. Maafkan saya. Tidak akan saya urus lagi. Ya, bukan urusan saya. Tapi ingat, sekedar informasi. Bagi saya, Sitty berarti onde-onde, seperti onde-onde. Lembut di luarnya, manis di dalamnya. Dia ramah sekali....

DATUK
(
KEPADA PENDEKAR LIMA )
Coba kau lihat kesana. Lama sekali keluarnya. Apa yang mereka perbuat di sekolah itu. Zaman saya sekolah tidak terlalu penting. Lihat saya, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa hidup sejahtera. Cuma pakai akal-akalan. Kecil bahagia, muda foya-foya, tua sejahtera, mati masuk......

PENDEKAR LIMA
Itu dia, Datuk. Menuju kesini. Anak sekolah keluar seperti kambing lepas dari kandang. Tapi, Sitty bergandengan Datuk.

DATUK
Bergandengan ! Dengan siapa !?

PENDEKAR LIMA
Dengan laki-laki. Mesra sekali mereka.

DATUK
Siapa laki-laki itu ? Hah ! Samsul Bahri. Anak Sutan Mahmud. Sudah melekat-lekat pula ia dengan Sitty.

SAMSUL , SITTY, BAHKTIAR DAN ARIFIN MASUK.

SAMSUL
Tuan Datuk Maringgih rupanya. ( MENGULURKAN TANGAN HENDAK BERSALAMAN TAPI TIDAK DIBALAS OLEH DATUK )

PENDEKAR LIMA
Oh, bersalaman dengan Datuk harus melalui saya. Saya asisten, jubir, sekaligus pengawal pribadi Datuk. Jadi segala apapun urusan dengan Datuk harus melalui saya.

DATUK
Selamat sore Sitty. Sedari tadi saya menunggu. Niat di hati hendak menjemputmu. Mobil sudah saya persiapkan. Mari, kita berkeliling menikmati senja yang menarik ini. Bagaimana kalau kita ke tepi laut, mencari angin segar sambil makan rujak atau jagung bakar. Setelah itu kita ke plaza mencari oleh-oleh untuk ayahmu.

SITTY
Ah, eh. O. Mmmh ... Datuk !?

DATUK
Ayo Sitty, mari. ( MENARIK TANGAN SITTY )

SAMSUL
Ada apa ini Datuk ?

PENDEKAR LIMA
Bukan urusan kamu !

SAMSUL
Ini jadi urusan saya.

PENDEKAR LIMA
Oi, urus saja dirimu sendiri, kalau tidak mau berurusan panjang dengan saya !

SAMSUL
Tapi jangan main ... !

SITTY
Tenang Sam. Ini urusan saya. Pulanglah dulu bersama Bachtiar dan Arifin. Saya mau bicara sebentar dengan Tuan Datuk.

SAMSUL
Tapi, Sitty. Kamu...

SITTY
Sam, saya mohon pengertian kamu.

PENDEKAR LIMA
Nah, kamu dengar tidak ? Sitty menyuruhmu pergi dari sini. Tunggu apalagi, menunggu kena usir, ya ?

BACHTIAR
Enak saja main usir. Ini tempat umum tahu.

PENDEKAR LIMA
Kamu juga mau turut campur urusan ini, ya ? Mau tahu prosedur berurusan dengan saya ?

ARIFIN
Op, op, op. Menurut pendapat saya lebih baik kita mengalah. Mundur. Ayo. Sitty, kami duluan. Jaga diri baik-baik.

SAMSUL, BACHTIAR DAN ARIFIN PERGI DENGAN KESAL.

SITTY
Datuk. Apa maksud Datuk menjemput saya ?

DATUK
Saya bermaksud baik Sitty. Mulai hari ini saya, eh, aku, akan menjemputmu. Sebagai seorang calon induk berasku, alangkah menyenangkan kita bertemu setiap saat. Biar kita merasa dekat. Bukan begitu hendaknya ?

SITTY
Siapa yang menyuruh Datuk melakukannya ?

DATUK
O, tidak siapa-siapa. Ini aku lakukan tulus dan murni dari hati nuraniku sendiri.

PENDEKAR LIMA
Ah, tidak usah pakai menolak segala. Turuti sajalah. Datuk akan membuat hari-harimu bahagia.

DATUK
Saya tidak menyuruhmu bicara !

SITTY
Datuk. Saya tidak pernah meminta untuk dijemput, Datuk.

DATUK
Sitty, semua sudah saya perhitungkan dengan ayahmu, Sitty. Tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.

SITTY
Tuan Datuk. Ini bukan hitungan matematik, Tuan. Sebagai seorang yang jauh lebih dewasa, tentu Tuan lebih paham dunia ini.

DATUK
Ah, kau kan bukan lagi anak kecil yang tidak bisa menentukan langkahmu sendiri. Sudah tujuh belas tahun. Tentu kau mengerti Sitty.

SITTY
Jalan saya masih panjang Datuk. Saya belum berpikir melangkah sejauh ini. Alangkah bagusnya Datuk mencari perempuan yang lebih dari saya. Lebih pantas, lebih pas menjalankan hidup dengan Datuk.


DATUK
Apalagi yang kamu cari setamat sekolah ini, Sitty ? Lebih baik lakukan langkah besar. Apalagi, kamu perempuan. Bukankah perempuan itu hanya ; sumur, dapur, dan kasur.

SITTY
Tuan. Hendaklah Tuan berpikir baik. Baik untuk Tuan, dan juga baik untuk saya.

PENDEKAR LIMA
Ini sudah yang terbaik Datuk lakukan untuk kamu dan Ayahmu, Sitty. Apakah kamu senang melihat ayahmu sakit-sakitan memikirkan...

SITTY
Tentang hutang Ayah saya pada Datuk, saya berharap Datuk sabar. Berilah saya kesempatan. Tunggu saya menyelesaikan sekolah saya dulu. Saya akan berusaha, bekerja mencari uang untuk membayarnya.

PENDEKAR LIMA
Heh ! Mau kerja apa kamu Sitty ? Tidak gampang mencari pekerjaan di jaman sekarang ini. Kerja di kantor ? Di Bank ? Jangan mimpi Sitty. O, barangkali kamu bisa jadi babu, buruh kasar, atau kamu jadi pekerja ... pekerja seks komersil.

SITTY
( MENAHAN AMARAH )
Saya tidak bicara demikian Tuan-tuan.

DATUK
Pendekar Lima. Saya tidak suruh kamu bicara. Diam saja di sana.
Jadi, kamu keberatan dengan aku Sitty ?

SITTY
Maafkan saya Tuan Datuk.

DATUK
Saya tidak main-main Sitty.

PENDEKAR LIMA
Tidak tahu diuntung pula kau rupanya. Ingat. Hutang ayahmu dengan Datuk sudah terlalu banyak. Mau dibayar dengan apa lagi ? Ayahmu sudah menjual seluruh perusahaan dagangnya. Untuk bunganya saja itu pun belum cukup. Ayahmu sudah mulai bicara sendiri memikirkannya. Lebih baik kau bayar lunas dengan ...

SITTY
Hutang emas dibayar emas, Tuan.

PENDEKAR LIMA
Jadi kau kemanakan perbuatan baik Datuk selama ini pada ayahmu ?

SITTY
Saya akan selalu mengingatnya. Tidak akan saya lupakan, bahwa Datuk adalah seorang yang baik. Bahkan terlalu baik.

PENDEKAR LIMA
Nah, tunggu apa lagi ?

SITTY
Namun, keinginan Datuk terhadap saya, apakah baik buat saya ?

PENDEKAR LIMA
Jelas sangat baik. Niat baik Datuk tidak akan ada yang menghalangi.

SITTY
Belum tentu, Tuan. Kalau Tuhan berkeinginan lain, tidaklah boleh mendahului yang di atas.

DATUK
Hhh. Jangan bermain-main, apalagi mempermainkan saya. Jadi kamu menolak saya ? Saya tidak pantas untuk kamu, begitu ? Lalu, siapa yang pantas ?

PENDEKAR LIMA
Samsul Bahri tentu telah mempengaruhi otaknya.

SITTY
Tidak baik menyangkut  – pautkan persoalan ini dengan orang lain, Tuan. Samsul tidak tahu apa-apa dengan masalah ini.

PENDEKAR LIMA
Jangan bersilat lidah, Sitty. Sejak kapan kau berhubungan dengan dia ? Sudah sejauh mana ? Jangan-jangan kau telah melakukan......

SITTY
Cukup Tuan. Persoalan ini hanya antara keluarga saya dengan tuan Datuk.

DATUK
Baik, baik. Sitty ! Silahkan kamu berpikir baik-baik sekarang. Baik untuk kamu serta ayahmu. Terserah ! Saya tunggu keputusanmu.

SITTY
Sekali lagi, saya mohon maaf  dan berharap Tuan mengerti. Maafkan atas kelancangan saya. Saya mohon diri dulu, Tuan. Saya pulang.

SITTY KELUAR

PENDEKAR LIMA
Keras kepala juga  dia !

DATUK
Keras hati, pendekar.

PENDEKAR LIMA
Keras hatinya pada Samsul Bahri.

DATUK
Mmmh. Hehehe ... Samsul Bahri !? Tampaknya dia akan menjadi batu sandungan bagi langkah saya. Tapi dia bukan masalah yang besar. Pendekar, ke sini !
( MEMBISIKAN SESUATU. PENDEKAR MENGANGGUK-ANGGUK )

PENDEKAR LIMA
Ide yang usul. Tapi...

DATUK
Tapi bagaimana ?

PENDEKAR LIMA
Begini Datuk, apakah setelah ini dilakukan Sitty akan mau dengan Datuk ? Tentu dia akan tambah sulit didekati. Lebih baik langsung Sitty saja, Datuk. 

DATUK
Kamu gila ya ! Tujuan saya itu jelas-jelas Sitty. Kenapa Sitty pula yang dijadikan sasaran. Goblok ! Sekarang gunakan otakmu, bagaimana caranya.

PENDEKAR LIMA
O. Baik. Begini ( BEBICARA PELAN DENGAN DATUK, SESEKALI MENUNJUK KE ARAH PEDAGANG )

DATUK 
Bagus, bagus. Sekarang gunakan bibirmu itu kesana.

PENDEKAR LIMA MENDEKATI PEDAGANG.

PEDAGANG
Eh, Tuan. Kelihatan serius sekali pembicaraan tuan-tuan dengan Nona Sitty. Sehingga Ia tidak sempat menikmati onde-onde saya. Rejeki saya jadi hilang begitu saja.

PENDEKAR LIMA
Ah, biasalah. Kami ini memiliki sebuah Production House yang sedang menggarap sebuah film baru. Pembicaraan tadi itu, kami menawarkan sebuah peran pada Sitty Noerbaja. Tapi dia masih ragu. Pikir-pikir dulu katanya ( MEMAKAN SEBUAH ONDE-ONDE ) Mmmh..onde-ondenya enak sekali.

PEDAGANG
Tuan mengajak Sitty main film ? Dia menolaknya ?

PENDEKAR LIMA
O, Belum. Sitty belum memutuskannya tadi.
( MEMATUT-MATUT GEROBAK PEDAGANG )
Selain dengan Sitty, sepertinya kita juga bisa berkerjasama.

PEDAGANG
Bekerjasama ? Tuan membutuhkan saya untuk main film ?

PENDEKAR LIMA
Ya. Kami membutuhkan gerobak Anda ini untuk setting sebuah adegan di film kami nantinya.

PEDAGANG
Aah..., masa cuma gerobaknya saja. Sayanya tidak. Memang apa judul filmnya ?

PENDEKAR LIMA
Mmmh. “Tidak Ada Apa-apa Dengan Cinta”.

PEDAGANG
Lho ! Kok pakai kata ‘tidak’ ?

PENDEKAR LIMA
Di situlah nilai jual film ini, lain dari yang lain. Film ini akan memperlihatkan bahwa tidak ada apa-apa dengan cinta. Persetan dengan yang namanya cinta. Nah, pengambilan gambar pertamanya akan dilakukan di sini. Sitty akan memainkan tokoh utamanya yang sedang menunggu kekasihnya sambil makan onde-onde.

PEDAGANG
Makan onde-onde ? Wah, cocok sekali dengan hobinya.

PENDEKAR LIMA
Karena itulah kami memberikan peran ini pada dia.

PEDAGANG
Semestinya saya juga diajak, dikasih peran. Saya ini kan sudah biasa melakukan adegan yang Tuan inginkan. Sitty pasti senang dengan saya sebagai lawan mainnya.

PENDEKAR LIMA
Sayang, wajah Anda itu tidak Kameragenik 

PEDAGANG
Apa maksudnya ?


PENDEKAR LIMA
Wajah Anda itu tidak menarik jika dishoot dengan kamera. Itu akan merusak citra film ini di mata penonton nantinya. Jadi saya cuma pakai gerobaknya saja. Bagaimana ? Mau tidak ? Kami hargai ( MEMBERI PENJELASAN DENGAN TANGAN SAMBIL BERBISIK ).

PEDAGANG
Ah, cuma segitu ? Biasanya seorang produser itu sangat royal. Apalagi untuk sebuah adegan penting.

PENDEKAR LIMA
Tenang, sesudah pengambilan gambar adegan ini akan saya tambah. Dua kali lipat, bagaimana ?

PEDAGANG
Nah, begitu. Kerjasama disepakati. Tapi.....

PENDEKAR LIMA
( HENDAK BERBALIK KE TEMPAT DATUK )  Apa lagi !?

PEDAGANG
Tadi kata Tuan, Nona Sitty belum memastikan dirinya untuk.......

PENDEKAR LIMA
O. Itu bukan urusan kamu. Nanti akan kami hubungi lagi dia. Cuma persoalan nilai kontrak. Dengan nilai yang lebih tinggi, pasti Sitty tidak akan sanggup menolaknya.
( MENUJU DATUK )

DATUK
Bagaimana, Pendekar ?

PENDEKAR LIMA
Beres, Datuk. Semua sudah saya persiapkan

DATUK
Bagus. Tidak percuma kau kuangkat jadi jubir, bibirmu tak kalah cepatnya dengan otakmu. Setelah Samsul dibereskan, tidak ada lagi halangan bagi saya menuju Sitty. Oh, Sitty ( SERAYA MENERAWANG ). 

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com