Sabtu, 21 Januari 2012

sitty noerbaja (bag1)

Lakon Remaja

SITTY NOERBAJA
(EPISODE LEPAS DARI BUMI)



OLEH

ILHAM YUSARDI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





Dramatic Personae

Seorang perempuan muda, berperan  sebagai SITTY NOERBAJA
Seorang laki-laki muda, berperan sebagai SAMSUL BAHRI
Seorang laki-laki muda, berperan sebagai BAKHTIAR
Seorang laki-laki muda, berperan sebagai ARIFIN
Seorang laki-laki paruh baya, berperan sebagai AYAH
Seorang laki-laki tua, berperan sebagai DATUK MARINGGIH
Seorang laki-laki, berperan sebagai PENDEKAR LIMA
Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG
Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG PALSU ( SURUHAN DATUK )
Beberapa orang SISWA.






































BAGIAN I.

PENTAS MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN ATAU HALTE TEMPAT ANAK-ANAK SEKOLAH MENUNGGU JEMPUTAN ATAU ANGKUTAN UMUM. DI SITU MANGKAL SEORANG PEDAGANG GEROBAK YANG MENJUAL MAKANAN DAN MINUMAN RINGAN. DI SEBELAH KIRI TERDAPAT SEBUAH RAMBU-RAMBU YANG MENUNJUKAN TEMPAT PERHENTIAN BUS. 

SITTY,  SAMSULBAHRI, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK. MEREKA BERCENGKRAMA SEPERTI ADAYANG DIPERDEBATKAN.

BAKHTIAR
Yang namanya hidup di dunia tentu harus dengan akal, pandai-pandai. Kalau hidup di akhirat baru mesti dengan iman.

SITTY
Tapi, melihat jimat saat ujian tadi kamu bilang pandai, Bakhtiar ? Bukankah itu cara yang licik.

ARIFIN
Kalau saya berpendapat lain. Yang dilakukan Bakhtiar diwaktu ujian tadi namanya ‘licik pandai’, bukan cerdik pandai.

BAKHTIAR
Aah, hei. Untuk hasil maksimal dibutuhkan usaha yang maksimal. Betulkan Samsul ?

SAMSUL
Kata-kata itu benar. Kamunya yang tidak benar. Usaha maksimal bukannya menghalalkan segala cara. Ingat, alam terkembang jadikan guru. Bisa-bisa berubah pepatah itu, jimat terkembang otak membeku.

SEMUA TERTAWA MENDENGARNYA

PEDAGANG
Oi ! onde-onde, onde-onde mande. Tertawa sambil makan onde-onde pasti lebih asyik.
( SITTY MEMERIKSA SAKUNYA )

SITTY
Ujian tadi baru tahap percobaan. Apakah kamu bisa melihat jimat saat ujian akhir yang sebenarnya, Bakhtiar ?

ARIFIN
Kalau saya berpendapat lain. Resiko untuk melakukan kecurangan di ujian akhir sangat besar. Melihat kiri-kanan saja mungkin dicurigai. Bertanya tetangga ?, sesekali jangan. Nah, apalagi lihat jimat, kertas kecil apapun jenisnya pasti akan gagal.

SAMSUL
Barangkali Bakhtiar siap dengan resiko, didiskualifikasi.

ARIFIN
Nah..., dari pada kepala pusing. Menurut pendapat saya. Lebih baik begini. Pertanyaan yang tidak terjawab oleh kita, gunakan pilihan bantuan. Pertama, ask the audience, kode tetangga-tetangga sebelah. Kalau dicurigai, urungkan niat. Kedua, phone a friends, siapkan kertas kecil untuk sms-sms-an,” bantu saya nomor sekian”. Lemparkan pada kawan yang mungkin tahu jawabannya. Tidak bisa juga ! Baru gunakan fifty-fifty.

BAKHTIAR
Fifty-fifty bagaimana ?

ARIFIN
Tentukan dua pilihan jawaban yang menurut kamu paling berkemungkinan benar. Dari dua jawaban tersebut, pilih satu saja dengan cara menimbang ( MENIRUKAN DENGAN TANGAN ). “Ma rancak iko pado iko, rancak iko”
Nah, dapatlah satu jawabannya. Untung-untung betul. Gampangkan.... ?

SAMSUL
Alaahh...., sama juga bohong Arifin.

SITTY
Tidak ada gunanya. Seperti kata petuah
            Jalar-menjalar akar benalu
            Kuat melingkar di batang mangga
            Kita belajar menuntut ilmu
            Tabiat buruk tak akan berharga

ARIFIN
Tapi bukankah fifty-fifty itu sah saja. Lain halnya dengan cara Bakhtiar yang menurut pendapat saya....

BAKHTIAR
Sudah, sudah. Waktu seminggu itu masih panjang. Cukup untuk bersantai menenangkan pikiran. Pergi piknik, tenangkan jiwa.

SAMSUL
Seminggu kamu bilang masih panjang ? Mana jari tanganmu ? Hitung mundur mulai detik ini. Saatnya siaga satu, kawan.

BAKHTIAR
Jangan tegang, rileks saja. Kita tentu punya cara masing-masing sebelum bertempur. Kalau saya, butuh refreshing dulu sebelum menuju gelanggang. Kalau mau belajar kejar tayang menghafal buku-buku, silahkan coba. Bisa-bisa meledak itu kepala.

ARIFIN
Dasar pemalas !

BAKHTIAR
Terserah saja, sekarang lebih baik pulang. Dengar,
            Batang purut di tepi pagar
            Ditanam putri anak bangsawan
            Kerontang perut karena lapar
            Segera pulang mencari makan.
Ayo, Arifin. Kamu pulang bersama saya atau tidak ? Biarlah mereka berdua menggagas masa depan. Apakah kamu mau jadi pamong terus, jadi obat nyamuk bakarnya ? ( ARIFIN MENGIKUTI BAKHTIAR ) Samsul, Sitty, kami duluan. O, ya. Bayar onde-onde kami ini. Buat tutup mulut kami. Daaah.., selamat berindehoi !

BAKHTIAR DAN ARIFIN KELUAR SETELAH MENGAMBIL BEBERAPA ONDE-ONDE

SAMSUL
Cerdik juga dia !
Kamu lapar, Sitty ?

SITTY
(MENGGELENG)

SAMSUL
Benar tidak lapar ?

SITTY
( MENGGELENG )

SAMSUL
Bagaimana kalau kita beli onde-onde. Sekedar pengganjal perut.

SITTY 
Mau, mau ! Boleh juga.

SAMSUL MENUJU PEDAGANG

SAMSUL
Onde-ondenya, pak.

PEDAGANG
Nah, begitu. Perhatikan juga nasib orang kecil seperti saya. Masa seharian saya berjualan di sini tidak ada yang beli ? Makanya dari tadi saya tawarkan onde-onde ini. Saya tahu kalau putrimu itu sangat suka onde-onde. Dia kan langganan saya.

SAMSUL
Berapa, pak ?

PEDAGANG
Belum seberapa, sepuluh onde-onde baru lima ribu saja. Kali ini saya kasih bonus dua buah. Buat nona Sitty.

SAMSUL
 O. Ya. Terima kasih. Bapak baik sekali. Eh, benar tidak, pak ? Kata orang, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

PEDAGANG
Ya, harus !

SAMSUL
Kalau begitu besok bapak harus lebih baik. Besok, kalau saya beli onde-onde bonusnya harus lebih dari dua. Hehehe ......

PEDAGANG
Pintar juga otakmu.

SAMSUL KEMBALI KE TEMPAT SITTY

SAMSUL
Sitty, ini onde-ondenya. Makanlah. Bapak itu memberi bonus buat kamu.

SITTY
O, ya. Kalau saya tadi yang beli pasti bonusnya lebih dari dua.

SITTY DAN SAMSUL DUDUK MENIKMATI ONDE-ONDE

SAMSUL
Sitty, selepas lulus sekolah nanti, ayahku menyuruhku untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Aku sendiri setuju dengan itu. Kalau kamu bagaimana ?

SITTY
Baguslah. Siapa yang tidak bangga bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi . Ayahmu tentu telah menyiapkan semua demi kamu. Aku sendiri belum tentu, Sam. Belakangan ini ayahku sakit-sakitan. Aku tidak mungkin memaksakan keinginanku dalam kondisi seperti ini. O... rencananya kamu mau melanjutkan kemana, Sam ?

SAMSUL
Ayahku menyarankan untuk kuliah di luar negeri.

SITTY
Luar negeri ?!

SAMSUL
Iya, Sitty. Tidak di sini.

SITTY
Kenapa mesti ke luar negeri, Sam ?

SAMSUL
Kata ayahku, sangat baik untukku nantinya. Dengan kuliah di luar negeri kita bisa mendapatkan ilmu dengan maksimal.

SITTY
Di sini juga bisa, bukan ? Banyak perguruan tinggi yang tidak kalah kualitasnya. Dan lagi, kuliah di luar itu butuh biaya besar, Sam. Apakah ayahmu sudah memikirkannya matang-matang ?

SAMSUL
Ah, entahlah. Selain itu sebenarnya aku belum siap untuk merantau terlalu jauh. Jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga, dan tentu akan menjauhkan aku dari kamu Sitty.

SITTY
Jauh tidak lagi persoalan, Sam. Selagi masih di bumi ini. Apalagi zaman sekarang ini. Jarak dan waktu bisa direkayasa dengan teknologi.

SAMSUL
Aku tidak ingin jauh dari kamu Sitty.
            Anak baginda berburu rusa
            Rusa mati tertembak panah
            Jika kasih jauh dimata
            Rasa mati badan sebelah.

SITTY
            Burung puyuh masuk ke rimba
            Di dahan jati singgah merapat
            Meskipun jauh dipelupuk mata
            Di dalam hati tetapkan dekat.

SAMSUL
            Ombak berdentum di hujan lebat
            Sampan melaju ke pulau seberang
            Hendak kemana carikan obat
            Badan bertemu makanya senang.

            Kalau lama tidak ke ladang
            Tinggilah rumput dari padi
            Kalau lama tak bisa kupandang
            Rasa rindu menjadi-jadi.
SITTY
            Risau kicaunya si anak balam
            Ditinggal induknya di pohon jambu
            Walau tak bisa berjawat tangan
            Di dalam mimpi kita bertemu.

            Utara selatan jadi penjuru
            Timur dan barat jadi pedoman
            Jika tuan dilanda rindu
            Dikerat rambut jadikan kenangan.

SAMSUL
            Tetak lontar alaskan padi
            Peti dibawa dari Palembang
            Bertemu sebentar bagaikan mimpi
            Itu membawa hatiku bimbang

Bendi dipapah jalan berliku
            Mengangkut sirih ke tengah pekan
            Kaki dilangkah terasa kaku
            Takut kasih berpindah tangan.

SITTY
            Anak Kediri berdagang kain
Kain disimpan dalam peti
            Niat diri tidak pada yang lain
            Tuan terikat di dalam hati.

            Anak dara bersunting kembang
            Rupanya elok serta jelita
            Banyak dara di negeri orang
            Tidakkah tuan bersimpang mata.

SAMSUL
            Manis-manis bukannya tebu
            Manisnya manis si gula jawa
            Manis tidak sekedar dari rupamu
            Manis kupandang budi bahasa.

            Surabaya kota pahlawan
            Dikenang seluruh anak negeri
            Sitty Noerbaja yang menawan
            Tak akan kudapati di luar negeri.


SITTY
            Merah warnanya si bunga mawar
            Putih suci bunga melati
            Janji bukan untuk ditawar
            Kasih hanya dilerai mati

SAMSUL
Tanam melati di depan rumah
            Ubur-ubur berdamping dua
            Jikalau mati kita bersama
            Satu kubur kita berdua.

SITTY
            Ubur-ubur berdamping dua
            Tanam melati bersusun tangkai
            Kalau mati kita berdua
            Jikalau boleh bersusun bangkai.

SAMSUL
            Tanam melatai bersusun tangkai
            Tanam padi satu persatu
            Jikalau boleh bersusun tangkai
            Daging melebur jadi satu.

TANPA DISADARI, PEDAGANG MEMPERHATIKAN PERCINTAAN SAMSUL DENGAN SITTY.

PEDAGANG
“Allahuakbar Allahuakbar..............!!” ( KEARAH SITTY DAN SAMSUL )

SAMSUL
Hah ! O . Ayo kita pulang, Sitty. Sudah terlalu senja. Nanti orang di rumah marah-marah. Merantaunya masih lama. Lulus saja juga belum tentu.

SAMSUL DAN SITTY KELUAR

PEDAGANG
            Ikat berikat tali kuda
            Pasang pelana kuda yang putih
            Hati terikat samanya muda
            Lupa waktu sebab berkasih

            Minta daun diberi daun
            Dalam daun buah bidara
            Minta pantun diberi pantun
            Dalam pantun ada cerita

PEDAGANG ITU PUN KEMUDIAN MENUTUP DAGANGANNYA. KELUAR SERAYA MEMBAWA RAMBU-RAMBU YANG TERNYATA BISA DICABUT DENGAN MUDAH.

                                                           








BAGIAN II.

DI RUANGAN SEBUAH RUMAH SEORANG LAKI- LAKI  SEPARUH BAYA DUDUK. LAKI-LAKI ITU TERBATUK-BATUK SERAYA MENGUSAP-USAP DADANYA MENAHAN SAKIT. ANAK PEREMPUANNYA DUDUK DI SEBELAH LAKI-LAKI ITU, SESEKALI MEMIJIT-MIJIT BAHUNYA.

SITTY
Istirahatlah lagi ayah, sudah terlalu larut.

AYAH
Tidak mudah tidur bagi ayah sekarang ini, Sitty.
Dipejam mata tak terpejam
Direbah tubuh tak jua senang perasaan.

SITTY
Apalagi yang ayah pikirkan ? Bukankah ayah pernah bilang pada Sitty,
Tidaklah beban jadi rasian
Habis daging dihisapnya.

AYAH
Sitty, anakku. Kamu ini seperti orang dulu bilang,
Kecil tak lagi untuk disuruh-suruh.
Besar belumlah dapat ditumpangi.

SITTY
Ah, ayah. Kecil Sitty anak ayah, besar juga tetap anak ayah. Kalau boleh Sitty tahu, apa yang ayah pikirkan ?

AYAH
Dipintal benang dengan gulungan
Biar berpisah pangkal dengan ujungnya
Tak kusut pula dalam genggaman.
Tapi, kali ini kamu terpegang ujung benang, Sitty.
Ayah memintal dari pangkalnya.

SITTY
Kalaulah ujung di tangan Sitty, tentulah Sitty takkan berlepas tangan.
Ceritakanlah ayah. Dengan senang Sitty dengarkan.

AYAH
( MENARIK NAFAS )
Berniaga ke tanah Jawa dagang emas dengan budi bahasa.
Tapi, bagaimanapun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Nasib tertoreh di telapak tangan.
Niat hendak menyekolahkanmu tinggi-tinggi, biar bertambah isi kepala.
Cita-cita membumbung langit, Tuhan dari atas jua yang menentukan.
Jerih peluh usaha niaga kita kali ini telah habis surut, Sitty. Ayah tak dapat lagi berbuat apa-apa. Sekarang, kamu juga tahu, harta ayah hanya tinggal badan sepembawaan ini. Hutang-hutang tumbuh melilit pinggang. Mencekik kerongkongan.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com