Lakon Drama Remaja
Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati
(Suatu Hari di Bulan Januari)
Diinspirasi dari kisah Tawar Menawar dengan Tuhan
(Kelly Donald – TEEN INK)
Karya Joned Suryatmoko
DRAMATIC PERSONAE
AYAH
MAMA
BRAM
EMA
Catatan:
Naskah ini diketik ulang oleh Lee Birkin dari buku Ayahku Stroke tapi nggak Mati’ – 3 naskah drama remaja Teater Gardanalla – 2003 karya Joned Suryatmoko. Terbitan Galang Press.
Dipublikasikannya naskah ini sifatnya non profit oriented, dimaksudkan untuk membantu kawan-kawan teater (khususnya di daerah) di Indonesia yang mungkin masih mengalami kesulitan mencari naskah drama. Diharapkan bagi kawan-kawan teater yang akan mementaskan naskah ini bias menghubungi penulis. Biodatanya tertera di bagian akhir naskah ini. Demikian Trims.
Salam,
Lee Birkin
OPENING
RUMAH, DI DAPUR YANG MENYATU DENGAN RUANG MAKAN. PAGI HARI, MASIH SEPI. PEMAIN DIAM DI TEMPATNYA MASING-MASING. MAMA BERDIRI DI DEKAT PENGGORENGAN, AYAH DUDUK DIKURSI MAKAN NYRUPUT KOPI, BRAM BERDIRI DI DEKATNYA SEPERTI MAU MENGUCAPKAN SESUATU. EMA BERDIRI AGAK TERPISAH MENJADI NARATOR. SELAMA EMA BERCERITA TERDENGAR SUARA DETAK JAM.
EMA
Kalau aku memikirkan keluargaku, aku menganggapnya normal. Kedua orang tua bekerja, meski aku memanggil ibuku dengan sebutan mama dan memanggil bapakku dengan ayah. Tapi selebihnya memang benar-benar wajar. Keluarga dengan satu putri, satu putra, warna pagar rumah yang putih, dapur yang berdekatan dengan ruang makan selayaknya rumah keluarga lain. Kehidupan kami stabil dan mantap, sampai suatu hari di bulan Januari….
SUARA DETAK JAM BERGANTI DERING JAM WEKER.
SELURUH AKTIFITAS PAGI MULAI. SEMUA TERTAWA RIANG. SUARA PENGGORENGAN DI WAJAN MAMA LANGSUNG MENYAHUT SRENG…DARI KAMAR BRAM TERDENGAR LAGU POP BERISIK. EMA MUNDUR MENGHAMPIRI BRAM DAN AYAH.
BRAM (Sambil menarik kursi untuk duduk)
Tapi bagaimana mungkin ayah support MU kalau sebelum siaran langsung itu ayah sudah masuk kamar dan tidur.
EMA
Malah bagus itu! Ayah tidak ikut-ikutan berisik seperti kamu kalau nonton bola.
(mengejek Bram)
Gol….Gooollll.
BRAM
Cewek mana suka sama bola. Kamu yang berisik.
EMA
Eee…. Siaran langsung bola itu bikin hidup terbalik. Jam tidur dinihari dipakai melek, nonton bola. Makanya bangun siang.
BRAM
Siaran kemarin juga nggak dini hari kok. Aku bangun pagi.
EMA
Eee… dibangunin sama mama
(Pada Ibu)
iya kan Ma?
MAMA (mengeringkan telur dadar dari penggorengan)
Bawa ke sama, Ema. Bram, kecilkan suara tape mu.
BRAM TIDAK BERANJAK DARI DUDUKNYA
EMA (Sambil menghampiri ibunya)
Kebo apa orang!? Kalau nggak kuliah, bangun siang. Sana tuh, kecilin suara tape tuh. Tape sama yang punya sama-sama berisik.
MAMA (Sambil terus memasak, membuka kulkas, suaranya memerintah lebih keras)
Bram, kecilkan suara tape mu.
BRAM BERANJAK DARI DUDUKNYA
AYAH (Kepada Bram yang sedang berjalan ke kamarnya)
Justru karena ayah yakin MU bakal menang, makanya ayah tinggal tidur.
(Lalu ia tertawa bersama Bram yang barusan keluar dari kamar)
BRAM DAN EMA YANG DATANG MEMBAWA TELUR DADAR IKUT-IKUTAN KETAWA. DILUAR TERDENGAR LOPER KORAN. BRAM LARI MENGAMBIL KORAN, MASUK LAGI DENGAN KORAN BARU YANG SUDAH DIBUKANYA.
BRAM
Lihat nih.
(menunjukkan Koran itu pada ayahnya lantas memberikan padanya)
AYAH
Benarkan seperti ramalan ayah
BRAM
Ramalan itu diomongin sebelum peristiwanya terjadi
EMA
Bukan setelah dimuat Koran, baru bilang…..tuh benar kan.
(menertawakan ayahnya. Semua tertawa)
AYAH MULAI MENGAMBIL MAKANAN DI MEJA MAKAN UNTUK SARAPAN.
AYAH
Ayah tahu Scholes punya banyak kromosom Y. orang yang punya kromosom seperti itu kalau zodiaknya Sagitarius akan mengalami saat-saat emas karena energinya bertemu di 53 derajat lintang utara, di mana pertandingan Birmingham dan MU dilakukan kemarin itu. Kemarin Ayah bilang sama Mamamu. Benar kan Ma?
MAMA
Kapan?
SEMUA TERTAWA
BRAM
Perempat final Ayah harus nonton.
EMA
Ok. Berangkat dulu Ma, Yah.
(Langsung bangkit)
MAMA (Pada Ema)
Jadi supporter yang baik. Jangan bikin onar.
EMA
Hmmm….
AYAH
Kalau sedari sore kamu temani Ayah, ya Ayah nggak tidur. Tadi malam kan kamu ngapel terus melayap sampai mau subuh.
(Teringat sesutau. Kepada Ema)
Kita nonton pameran computer jam sebelas.
(Balik ke Bram setelah Ema menjawab)
Ayah sendiri nunggu siaran malam.
MAMA
Nggak usah terlalu semangat Em. Bawa bekal!
TAPI EMA SUDAH MEMBUKA KULKAS, MENGAMBIL SEBOTOL AQUA REFILL. MAMA MENGHAMPIRI.
BRAM
Wah, mulai cari masalah nih. Biasaanya aku pergi sampai subuh, Ayah juga belum tidur. Niat jadi orang tua gak nih?
EMA (Sambil negpak-ngepak makanan)
Bram kan baru jadian Yah. Sama mantan cewek temannya sendiri.
(Bram melempar potongan kue ke Ema)
E… sudah kaya kamu, buang-buang makanan.
MAMA
Bram!!!
EMA (Selesai menyiapkan makanan, pamitan kepada ayahnya)
Pergi dulu Yah.
(Langsung jalan keluar panggung)
AYAH
Hmm…
(Balik ke Bram)
Perempat final siapa yang maju?
BRAM
Sebentar, lihat jadwal dulu. Tapi janji nonton ya.
MAMA (Masih dekat kulkas)
Lihat dulu data pemain MU, jenis apa kromosom mereka.
SEMUA
Apa zodiaknya…..
SEMUA TERTAWA
AYAH
Waktu Beckham masih di Manchester, ayah ramal prestasinya dari kecocokan kromosom dan garis lintang stadion pertandingan.
BRAM
Cocok?
AYAH
Nggak
(Semua ngakak)
Coba, mana jadwalnya?
BRAM
Tapi janji nonton?
(lari ke kamar untuk lihat jadwal. Sambil jalan mundur ke kamar)
MAMA
Matikan tape mu sekalian Bram. Berisik.
JEDA SEBENTAR. MUSIK DARI TAPE KAMAR BRAM SUDAH MATI. AYAH DUDUK DIAM DI KURSI MAKAN. SUARA DETIK JAM MUNCUL KEMBALI.
MAMA
Tambah kopi Mas?
(Ayah tidak menjawab, Mama menoleh ke arah Ayah. Ayah megap-megap)
Mas….
(Ayah terjatuh dari kursi sebelum Mama sampai ke kursi. Sambil mendekati Ayah, Mama memanggil-manggil)
Bram…Ema….!!
BRAM KELUAR DARI KAMAR DENGAN SECARIK KERTAS JADWAL PERTANDINGAN BOLA. IA MENDEKAT, MAMA MENGAMBIL AIR PUTIH. SETELAH MAMA SAMPAI, BRAM LARI KE ARAH PINTU MEMANGGIL EMA, LALU BALIK LAGI KE AYAH.
EMA BERTERIAK DARI POSISINYA BERDIRI. PANGGUNG MENYEMPIT. SEMUA PERABOT DAPUR DAN RUMAH TANGGA TERANGKAT KE ATAS.
BAGIAN 1
A
RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT.
PANGGUNG MENYEMPIT. SUDAH MENJADI RUANG TUNGGU YANG SEPI DI SEBUAH RUMAH SAKIT. MAMA DAN EMA MENUNGGU DIAGNOSA DOKTER. LALU DATANG DOKTER, MEMBERI ISYARAT UNTUK BERBICARA SEDIKIT DENGAN MAMA. EMA MENEPI. DOKTER SELESAI BICARA, LALU MAMA MENGHAMPIRI EMA, MEMANDANG EMA DAN MERANGKULNYA.
AYAH DI ATAS KURSI RODA. EMA MENGHAMPIRI DAN MERAUNG-RAUNG. MAMA MEMEGANGI. DOKTER BERUBAH MENJADI BRAM, MENDORONG KURSI RODA AYAH.
B
KAMAR EMA
EMA
Semula aku mengira, keluargaku adalah orang-orang yang dekat denganku. Tak akan pergi, tak mungkin lepas.
(Diam sesaat)
Sewaktu aku kecil, aku merasa tak ingin tumbuh dan bertambah umur, biarlah aku terus menjadi anak kecil, supaya aku bias duduk di pundak ayah. Sampai akhirnya aku merasa itu tak mungkin. Aku tumbuh, menjadi lebih besar, cukup besar sampai setidaknya kini ayah tak bias menaruhku di pundaknya. Tapi seakan-akan aku masih bias tetap duduk di pundaknya, ia masih tetap sayang kepada kami.
(Bram mengetuk-ngetuk pintu, memanggil nama Ema. Ema tidak menjawab, hanya memandang kea rah pintu. Bram lalu pergi)
Bram dan aku mungkin tak pernah mengira, selama sebelas tahun menjadi anak mama dan ayah, tak satu pun kesedihan yang bias kami rasakan. Tapi bagaimana sebuah peristiwa, selayaknya sebuah kejadian lain, selalu saja ada saat yang pertama. Kesedihan ini aku catat terutama ketika aku melihat mamaku. Tapi apakah benar kesedihan itu juga dirasakan mama?
MAMA MEMBAWA SELIMUT TEBAL, MENGETUK PINTU, MEMANGGIL-MANGGIL NAMA EMA. EMA BANGKIT LALU MEMBUKAKAN PINTU
MAMA (Menghela napas panjang)
Bagaimana seminggu pertamamu melewati semua ini? Mama harap kamu sanggup melewatinya.
(Lama memandangi Ema)
Peristiwa ini bukanlah hal yang besar. Kita masih harus bernafas untuk beberapa kali lagi, kita tidak tahu, sama seperti detak jam tangan ini.
EMA
Mama yakin kita bisa melewati ini?
MAMA
Kau tahu kenapa Mama selama ini tidak mengirim kamu dan Bram ke rumah sakit untuk opname saat kalian sakit?
(Ema menggeleng)
Karena mama ykin, mama dan ayahmu masih jauh lebih sakti daripada dokter-dokter di rumah sakit itu. Bias saja jas kerja mereka putih, selalu yakin memilihkan kalian tablet-tablet dan cairan infus, tapi apakah rasa sayang mama dan ayahmu tidak jauh lebih berguna bagi kesembuhan kalian?
(Menutupkan selimut yang dibawanya ketubuh Ema, lalu beranjak pergi. Di dekat pintu)
Kau tahu apa yang ada dalam benak mama? Mama bersyukur punya kalian.
C
RUANG TV
BRAM DAN KURSI RODA AYAHNYA. DI DEPAN TV, SUARA REPORTER TERDENGAR.
BRAM
Jangan salahkan aku yah, kalau kali ini Scholes tidak memasukan bola lagi. Kalau aku jadi pelatih Manchester Untied aku pasti sudah menyuruhnya mengajar sekolah minggu, bukan jadi pemain bola. Tuh lihat….yak….yak….gagal lagi kan. Haha….. ayah kalah. Ayah kalah…
MAMA MASUK RUANGAN. MEMBAWA SEGELAS SUSU DENGAN SEDOTAN.
MAMA (Memperingatkan Bram dengan lembut dan keibuan agar Bram tidak berisik)
Bram!!!
MENUJU KE ARAH AYAH DAN MEMASUKAN SEDOTAN KE MULUT AYAH
BRAM
Ayah kalah ma. Lima puluh ribu lagi untuk Bramantyo. Tuan Hadi Pranoto berhutang lima puluh ribu pada raden Mas Bramantyo. Cihuiii….
(mama membetulkan letak syal ayah)
Bram menang. Menang. Ayah sih sudah tahu teorinya gagal, masih juga dipakai. Tau rasa sekarang. Gimana yah, masih tetap ngotot sama teori pertemuan energy dari garis lintang stadion pertandingan dan perhitungan zodiac?
MAMA
Masih jauh lebih bagus ayahmu, berani pakai teori. Apa teorimu untuk melawan teori garis lintang ayahmu?
BRAM
Wah, dua-duanya cari musuh nih. Jaman sekarang nggak perlu pakai teori ma. Ayah saja yang ketinggalan jaman. Meramal pertandingan bola itu pakai insting, naluri. Lihat wajah mereka, tebak cara heading, sliding lalu putuskan dia jago apa belon. Bukan pakai teori ayah.
MAMA
Kamu lama-lama kayak om Rudi. Semuanya nggak pakai rasio, nggak pakai perhitungan, pakai naluri terus.
(Sambil bersiap-siap mendorong kursi roda ayah keluar)
BRAM
Lain ma, ini masalah nonton bola bukan masalah Om Rudi Tortor. Lagipula meski Cuma ngandalkan naluri, dia bias kayak ok juga toh. Setiap hari buat perkiraan, lihat-lihat kode ramalan, meditasi, cari ilham, rembugan nomor yang keluar.
MAMA
Ya, yang mau rembugan sama dia juga sama edannya.
(Mama mendorong kursi roda keluar)
Ya, yang mau latihan sama dia sama juga edannya
BRAM
Lho…Ma. Ayah mau dibawa kemana. Belum selesai nih bolanya. Nanti biar Bram yang antar Ayah ke kamar.
(Mama tetap mendorong ayah keluar. Bram menyerah)
Yah ayah. Kita bukan teman lagi nih. Ingat ayah punya utang sama aku ya ma.
(Kembali nonton)
Gol…gol….yeah….gol lagi… wah ayah….
(kecewa karena tidak menyaksikan rentetan kejadian sebelum terjadi gol)
Wah, kok tahu-tahu gol….gimana tadi?
LAMPU MEREDUP. MUSIK.
0 komentar:
Posting Komentar